Thursday, 20 August 2015

Ulasan Film : The Equalizer 2014




The Equalizer


Tahun : 2014
Sutradara : Antoine Fuqua
Produser : Todd Black, Jason Blumenthal, Denzel Washington, Alex Siskin, Steve Tisch, Mace Neufeld, Tony Eldridge, Michael Sloan
Pemeran : Denzel Washington, Marton Czokas, Chloë Grace Moretz, David Harbour, Bill Pullman, Melissa Leo
Genre : Aksi


Film The Equalizer adalah sebuah film yang dibuat berdasarkan novel dengan judul yang sama yang ditulis oleh Michael Sloan dan Richard Lindheim. Berlatar Kota Boston di masa kini, film ini bercerita tentang seorang Robert McCall (Denzel Washington) seorang mantan agen CIA yang berusaha hidup tenang dan jauh dari masa lalunya. Dia bekerja di sebuah toko perkakas dan menjalani hari-harinya dengan rutinitas yang sangat teratur serta berusaha menjaga keteraturan itu dengan sempurna, entah apakah itu dilakukannya karena memang kebiasaannya ataukah sebuah peraturan yang diterapkan pada dirinya demi menjauhi masalah.


Di malam hari Robert mengalami kesulitan untuk tidur, dan seperti malam-malam lainnya dia menghabiskan malamnya dengan membaca buku di sebuah kedai makan 24 jam, dimana ternyata seorang remaja wanita bernama Alina (Chloë Grace Moretz) memperhatikan kebiasaannya itu dan pada suatu malam menyapanya. Di beberapa malam berikutnya mereka berdua kembali berbicara hingga pada suatu malam ketika mereka sedang berjalan Alina dijemput oleh beberapa orang dan dari peristiwa itu Robert mengetahui bahwa Alina adalah seorang PSK dan juga mendapatkan sebuah kartu nama dari germonya.


Di beberapa malam berikutnya Robert tidak mendapati Alina di kedai seperti biasa, hingga dia mendapatkan informasi bahwa Alina dirawat di rumah sakit karena menjadi korban kekerasan. Di rumah sakit Robert bertemu dengan salah satu sahabat Alina dan mendapatkan cerita tentang kondisi Alina dan kisah hidupnya. Inilah persimpangan hidup Robert, apakah dia akan tetap menjaga ketenangan hidupnya yang jauh dari masalah ataukah dengan kemampuan dan pengalaman masa lalunya menjadi orang yang menyeimbangkan keadaan.


Tidak seperti film Denzel pada umumnya memang, namun peran single fighter dalam film ini dapat diperankannya dengan bagus. Ceritanya memang tidak terlalu rumit namun diolah dengan bagus dan dikisahkan dengan menarik, ditambah dengan beberapa konflik lain diluar konflik utama dimana Robert dan Alina terlibat didalamnya. Sayangnya masa lalu Robert sendiri tidak terlalu jelas dan masih menjadi misteri, apakah ada kelanjutan dari film ini, entahlah. Dengan beberapa adegan kekerasan yang eksplisit, film ini mungkin bukan tontonan yang patut dilihat bersama keluarga terutama anak-anak. Overall, ini film yang menarik untuk ditonton dan bahkan saya beberapa kali mengulangnya. So it is One of worth a watch movies, IMO.


Jadi cukup sekian review film The Equalizer dari saya, terima kasih telah membaca.


Ulasan Film : Interstellar 2014




Interstellar


Tahun : 2014
Sutradara : Christopher Nolan
Produser : Emma Thomas, Christopher Nolan, Lynda Obst
Pemeran : Matthew McConaughey, Anne Hathaway, Jessica Chastain, Bill Irwin, Ellen Burstyn, Michael Caine
Genre : Sains Fiksi Drama


Benar-benar keren, mungkin itulah kata-kata yang bisa menggambarkan film ini. Durasi hampir tiga jam tidak terasa saya habiskan untuk melihatnya, sayang rasanya beranjak dari depan layar dan kehilangan detil-detil momen yang sarat emosi dalam film ini.


Film Interstellar adalah sebuah film yang mengambil latar tak jauh di masa depan, dimana bumi pada saat itu sedang sekarat dan begitu juga nasib umat manusia. Pada masa itu semua orang, tidak peduli apa pendidikannya dan pengalamannya diprioritaskan untuk menjadi petani sehingga dapat membantu mempertahankan ketersediaan makanan, karena secara bertahap semua tanaman pangan tidak dapat bertahan dan yang terakhir bisa ditumbuhkan dan tidak akan bertahan lama adalah jagung. Diceritakan ketika itu Cooper (Matthew McConaughey), seorang petani yang dulunya adalah seorang pilot Nasa dan seorang single father yang hidup bersama 2 anaknya dan ayah mertuanya, tiba-tiba kehidupannya berubah karena dia “terpilih” untuk menjadi pilot dalam ekspedisi “terakhir” Nasa yang dibiayai pemerintah secara rahasia (karena masyarakat memandang Nasa tidak lagi diperlukan, termasuk militer dan pendidikan tinggi) untuk menemukan planet baru bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Perjalanan yang tidak mungkin untuk dilakukan pada masa itu sebenarnya, namun “seseorang” membantu umat manusia dengan menciptakan wormhole menuju beberapa planet yang potensial bagi umat manusia.


Cooper pun harus meninggalkan keluarganya, putranya Tom (Timothée Chalamet/ Casey Affleck), putrinya Murphy (Jessica Chastain/Mackenzie Foy/ Ellen Burstyn) dan Donald (John Lithgow). Perpisahan Cooper dengan Murphy adalah yang terberat, karena Murphy adalah perantara bagi “terpilih”nya Cooper dan Murphy tidak ingin Cooper pergi tanpa kejelasan kapan ayahnya itu kembali. Cooper melakukan ekspedisi terakhir Nasa ini bersama Dr Brand (Anne Hathaway), Dr Romilly (David Gyasi), Dr Doyle (Wes Bentley) dan sebuah robot TARS (Bill Irwin). Bagaimana perjalanan ini dilakukan dan apakah umat manusia akhirnya terselamatkan…saya benar-benar menyarankan anda melihat film ini.


Film ini sarat dengan bahasa ilmiah, yah namanya juga film sains fiksi, namun anda tidak perlu terlalu paham dengan istilah-istilah ini untuk memahami cerita film ini sendiri (kecuali anda menginginkannya), saya pribadi serasa melihat gabungan film tentang outer space plus time travel di film ini. Overall film ini benar-benar film yang bagus, dengan visual efek yang keren, cerita yang memancing emosi dan para pemeran dengan akting yang maksimal (meskipun saya pribadi punya ganjalan untuk endingnya). Benar-benar One of very worth a watch movies, IMO.



Jadi cukup sekian review film Interstellar dari saya, terima kasih telah membaca.

Ulasan Film : The Physician 2013




The Physician


Tahun : 2013
Sutradara : Philipp Stölzl
Produser : Wolf Bauer, Nico Hofmann
Pemeran : Tom Payne, Ben Kingsley, Stellan Skarsgård, Olivier Martinez, Emma Rigby
Genre : Drama Romantis


Film The Physician adalah sebuah film yang dibuat berdasarkan novel dengan judul yang sama yang ditulis oleh Noah Gordon. Berlatar Inggris di pertengahan abad ke 11, dimana ilmu kedokteran tidak begitu dikenal dan dianggap sebagai sihir serta yang menjadi ahli kesehatan hanyalah tukang bedah (disebut barbers dalam film ini) yang bepergian dari satu kota ke kota lainnya.


Film ini diawali dengan menceritakan kerasnya kehidupan yang dijalani oleh Robert Cole (Adam Thomas-Wright/Tom Payne), bersama ibu dan 2 adiknya. Karena sakit yang diderita ibunya, sebagai anak tertua setiap harinya Rob kecil harus bekerja di tambang demi mendapatkan sepotong roti untuk mereka makan. Ketika pulang dari tambang di sore hari Rob kecil tertarik pada kerumunan orang yang rupanya berkumpul mendengarkan seorang barber (Stellan Skarsgård) dimana dia menemukan dirinya sangat tertarik akan apa yang disampaikan oleh barber itu dan demi tujuannya untuk menyembuhkan ibunya. Namun belum sempat Rob kecil mengumpulkan uang untuk membayar barber demi menyembuhkan ibunya, ibunya meninggal dan kondisi ini membuat dia harus berpisah dengan kedua adiknya yang diambil sebagai anak angkat oleh keluarga lain. Hidup sebatang kara, Rob kecil meminta dan memaksa untuk dapat mengikuti barber yang sebelumnya dia temui karena didorong keinginannya mempelajari tentang ilmu penyembuhan, dan barber pun akhirnya menyetujuinya.


Perjalanan hidup Rob bersama barberpun dimulai, dimana saat dewasa Rob menemukan dirinya memiliki kemampuan untuk merasakan datangnya kematian pada orang-orang yang sakit. Dalam perjalanannya, karena suatu sebab, Rob akhirnya bersinggungan dengan ilmu kedokteran Islam dan ahlinya di masa itu yaitu Ibnu Sina (Ben Kingsley). Ketika menimba ilmu pada Ibnu Sina lah Rob mengalami dan mempelajari banyak hal, termasuk cinta, bagaimana nasib Rob kemudian dan akhir kisahnya… tonton sendiri filmnya deh.


Film ini bukanlah film sejarah meskipun beberapa tokoh didalamnya benar-benar ada semisal Ibnu Sina, jadi ketika menonton film ini terapkan peraturan bahwa kesamaan nama mupun tempat hanyalah kebetulan semata. Sebab banyak fakta dalam film ini yang melenceng jauh dari kenyataan aslinya, sehingga jika melihatnya sebagai film sejarah anda akan terganggu dengan gambaran yang ditampilkan didalamnya. Film ini cukup menarik untuk ditonton, menunjukkan kerasnya dan beratnya kehidupan dimasa lalu ketika dunia kedokteran tidak secanggih sekarang, pertentangan agama dan ilmu pengetahuan dan kisah cinta yang dramatis. Film ini juga menawarkan sinematografi yang bagus dan akting prima dari para pemerannya, so it is One of worth a watch movies, IMO.



Jadi cukup sekian review film The Physician dari saya, terima kasih telah membaca.

Ulasan Film : Martyrs 2008




Martyrs


Tahun : 2008
Sutradara : Pascal Laugier
Produser : Richard Grandpierre, Simon Trottier
Pemeran : Morjana Alaoui, Mylène Jampanoï
Genre : Horror


Film Martyrs adalah firm horor yang tidak seperti umumnya film horor yang biasa saya lihat, film ini bukan bertema hantu (meskipun di awal ada beberapa penampakan-penampakan yang saya kira hantu) namun lebih menonjolkan kesadisan dan penyiksaan fisik serta efeknya secara psikologis. Film ini diawali dengan menceritakan tentang anak perempuan bernama Lucie Jurin (Jessie Pham/ Mylène Jampanoï) yang berhasil kabur setelah mengalami penyekapan dan penyiksaan dalam waktu yang lama. Lucie kemudian dirawat di sebuah panti asuhan dengan tetap diobservasi oleh dokter yang ingin mengetahui dan memahami apa yang telah dialami oleh Lucie serta siapa yang telah melakukannya, namun mereka tidak mendapatkan apapun dari Lucie. Di panti asuhan ini Lucie bertemu dan menjadi akrab dengan seorang anak panti asuhan lainnya bernama Anna Assaoui (Erika Scott/ Morjana Alaoui). Di panti asuhan ini diceritakan bahwa beberapa kalo Lucie mengalami gangguan berupa penampakan seorang wanita (terakhir saya baru tahu kalo itu wanita) yang sangat menakutkan yang menghantuinya dan karenanya Lucie mengalami beberapa luka fisik.


Lima belas tahun kemudian di hari minggu, disebuah rumah, hidup sebuah keluarga ayah ibu dengan dua anak remajanya. Tiba-tiba seorang remaja wanita datang dan membunuh semua anggota keluarga itu dengan sadis, dia adalah Lucie. Lucie beranggapan keluarga itu adalah orang-orang yang melakukan penyiksaan terhadap dia di masa lalunya, dan juga dia melakukan itu demi terlepas dari penampakan wanita yang menghantuinya. Dalam keraguannya tentang benar tidaknya apa yang telah dilakukannya, Lucie menghubungi Anna untuk datang ke rumah itu dan membantunya membereskan semuanya. Anna datang dengan dihinggapi keraguan tentang apa yang telah Lucie lakukan, melihat sebuah keluarga yang telah menjadi korban Lucie, Anna semakin ragu apa orang-orang ini benar-benar yang telah menyiksa Lucie di masa lalunya. Ketika dalam proses membereskan “kekacauan” inilah terjadi beberapa kejadian penting yang akhirnya membuka tabir apa yang terjadi pada masa lalu Lucie. Ingin tahu lebih jelasnya… tonton sendiri filmnya deh.


Film ini bukanlah film horor yang bisa anda tonton bersama keluarga, banyak adegan sadis serta kekerasan fisik di dalamnya, dan juga darah di mana-mana. Jangan juga berharap sebuah ending yang final dan klimaks ketika melihat film ini, karena anda akan dihadapkan sebuah misteri baru di akhir cerita, yang menurut saya akan menjadi lingkaran setan dalam film itu sendiri. Menonton film ini saya dibuat penasaran di separuh awal, namun kemudian dibuat bosan di separuh akhirnya dengan beberapa pengulangan adegan penyiksaan, namun di endingnya, terbuka jelas apa yang menjadi tujuan penyiksaan ini sendiri. Secara grafis, film ini mengecewakan bagi saya karena pada beberapa adegan kostum atau make up nya terlihat palsu. Film ini bukan tipikal film horor yang saya sukai secara pribadi, melihat film ini menjadi bagian dari percobaan saya untuk melihat sesuatu yang “lain”, dan ternyata film tipe ini bukan untuk saya. Namun, saya tetap akan mencoba lagi dengan “Irreversible” dan juga “A Serbian Film” yang beberapa review bilang levelnya di atas Martyrs.



Jadi cukup sekian review film Martyrs dari saya, terima kasih telah membaca.

Ulasan Film : Cyborg She – Boku no Kanojo wa Saibōgu 2008




Cyborg She – Boku no Kanojo wa Saibōgu


Tahun : 2008
Sutradara : Kwak Jae-yong
Produser : Yi young-jun, Hidemi Satani, Mataichiro Yamamoto
Pemeran : Haruka Ayase, Keisuke Koide
Genre : Drama Romantis


Membaca judul dan sinopsis film ini saya teringat akan komik yang pernah saya baca waktu masih kecil, tentang seorang remaja yang jatuh cinta pada cyborg yang dikirim oleh dirinya sendiri dari masa depan, saya lupa judulnya apa, namun komik itu sangat berkesan bagi saya. Didorong keingintahuan tentang apakah film ini merupakan adaptasi dari komik yang pernah saya baca saya pun menonton film ini.


Film Cyborg She berlatar Tokyo di tahun 2007, diawali dengan menceritakan seorang Jiro Kitamura (Keisuke Koide) yang hidup sebatang kara, sehingga setiap hari ulang tahun dia selalu merayakan sendirian dan selalu melakukan hal yang sama yaitu membeli kado untuk dirinya sendiri kemudian makan di restoran yang sama setiap tahun. Namun tahun ini berbeda, saat dia membeli hadiah di pusat perbelanjaan, dia melihat seorang gadis cantik (Haruka Ayase) yang tersenyum padanya setelah gadis itu mencuri baju dan berjalan keluar, hal itu membuat Jiro terpukau.  Dalam perjalanan ke restoran, rupanya gadis itu mengikuti Jiro di seberang jalan dan membuat Jiro teralihkan perhatiannya sehingga Jiro mengalami hal yang konyol yaitu menabrak tiang. Tidak berhenti sampai disitu, ketika Jiro makan di restoran gadis itu tiba-tiba datang kemudian memesan banyak makanan. Ketika berbicara mereka menemukan bahwa mereka memiliki hari ulang tahun yang sama, sehingga diputuskan untuk saling bertukar kado. Waktu membayar tagihan restoran pun tiba, si gadis memaksa untuk membayarnya dan meminta Jiro menunggu di luar, ketika menunggu tiba-tiba si gadis berlari keluar restoran dan meminta Jiro lari bersamanya, rupanya mereka makan tanpa bayar. Merekapun berpisah kemudian, namun banyaknya kenangan Jiro bersama gadis itu meskipun hanya semalam membuat Jiro menjalani hari-harinya dalam setahun sebagai sebuah penantian untuk bertemu gadis itu kembali di hari ulang tahunnya.


Setahun kemudian mereka bertemu kembali, dan terjadi sebuah insiden berupa penembakan di restoran tempat mereka bertemu dan “gadis” itu menyelamatkan Jiro. Sesudahnya diberitahukan bahwa “gadis” itu adalah seorang cyborg yang dikirimkan oleh Jiro dari masa depan untuk melindungi Jiro muda dari penembakan itu dan memperbaiki beberapa kejadian serta sebuah bencana besar yang akan menimpa Jiro. Merekapun tinggal bersama hingga pada akhirnya Jiro jatuh cinta pada cyborg ini dan kemudian karena sebuah kejadian terpaksa berpisah. Akankah mereka bertemu lagi…untuk detilnya tonton sendiri ya…


Setiap melihat film yang diadaptasi dari komik maupun film kartun biasanya saya tidak akan ber ekspektasi terlalu tinggi, karena pada umumnya film-film ini akan memiliki banyak bagian yang dipotong demi menyesuaikan durasi sehingga seringkali feel yang didapat jadi berbeda dan mengecewakan. Namun film Cyborg She mengadaptasi komik yang saya pernah baca dengan baik, meskipun terdapat perbedaan alur namun tidak mempengaruhi rasa yang ingin disampaikan melalui film ini. Film ini penuh dengan detil dari awal sampai akhir, penuh adegan yang berkesan diiringi soundtrack yang pas pula. Untuk penyuka drama romantis film ini sangat direkomendasikan dah. Film ini juga menawarkan sinematografi yang bagus dan akting prima dari para pemerannya, so it is One of very worth a watch movies, IMO.



Jadi cukup sekian review film Cyborg She dari saya, terima kasih telah membaca.

Sunday, 9 August 2015

Ulasan Film : Warm Bodies 2013



Warm Bodies


Tahun : 2013
Sutradara : Jonathan Levine
Produser : David Hoberman,Todd Lieberman, Bruna Papandrea
Pemeran : Nicholas Hoult, Teresa Palmer, Rob Corddry, Dave Franco, Analeigh Tipton, Cory Hardrict, John Malkovich
Genre : Drama Komedi Romantis


Film Warm Bodies sebuah film dengan latar waktu yang tak jauh dimasa depan, sebuah masa dimana suatu wabah menyerang bumi dan membagi manusia menjadi 2 kelompok, yaitu zombie (yang terbagi lagi menjadi 2 kelompok yaitu boneys dan corpses) dan manusia normal. Corpses adalah zombie yang masih ditahap awal dan masih berbentuk manusia, setelah sekian lama menjadi corpses pada akhirnya akan berubah menjadi boneys. Film ini dimulai dengan menceritakan kehidupan (atau aktivitas dalam kematian ya?) seorang zombie bernama R (Nicholas Hoult - dia hanya ingat huruf depan dari namanya)di sebuah bandara bersama zombie-zombie lainnya.


Dalam kesehariannya para corpses diceritakan masih memiliki pikiran dan dapat berkomunikasi dengan sesamanya dengan cara yang unik (menggeram). Pada suatu hari R melakukan perburuan (manusia tentunya) bersama-sama teman-teman zombienya ke kota.


Di sisi yang lain, terdapat sebuah koloni berisi manusia normal yang dipimpin seorang kolonel Giorgio (John Malkovich). Diceritakan di hari yang sama juga mereka mengirim beberapa orang ke kota untuk mencari obat-obatan bagi persediaan koloninya. Didalam kelompok itu dua orang diantaranya adalah pasangan kekasih Perry (Dave Franco) dan Julie (Teresa Palmer).


Pertemuan antara dua kelompok inipun terjadi, dan ditengah kekacauan pertarungan itu, R membunuh Perry dan memakan otaknya. Perlu diketahui bahwa dalam film ini ketika seorang zombie memakan otak manusia maka dia akan mendapatkan memorinya, yang kemudian membuat R menyelamatkan Julie dan bahkan membawanya ke rumahnya (sebuah pesawat, keren kan…). Interaksi antara seorang pria zombie dengan seorang wanita manusiapun dimulai…diselingi flashback ingatan-ingatan kisah cinta Perry dengan Julie. Apa saja yang terjadi ketika mereka bersama…dan bagaimana ending filmnya… tonton sendiri filmnya deh.


Menurut saya film ini patut untuk ditonton, meskipun tema cinta antara dua dunia yang berbeda menjadi sangat umum akhir-akhir ini, namun film ini menyajikan sebuah cerita yang unik menurut saya dan berbeda dengan film-film yang telah ada sebelumnya. Tidak banyak dialog memang didalamnya (karena keterbatasannya sebagai zombie), namun akting yang bagus dan voice over yang tidak membosankan dari Nicholas Hoult saya rasa mampu menyampaikan banyak hal. Film ini juga tidak menyajikan banyak adegan kekerasan dan berdarah-darah layaknya film zombie umumnya, dan berfokus pada romantisme ceritanya, sehingga menurut saya membuat nyaman bagi penontonnya.


Jadi cukup sekian review film Warm Bodies dari saya, terima kasih telah membaca.


One of worth a watch movies




Ulasan Film : Never Let Me Go 2010



Never Let Me Go


Tahun : 2010
Sutradara : Mark Romanek
Produser : Andrew MacDonald, Allon Reich
Pemeran : Carey Mulligan, Keira Knightley, Andrew Garfield
Genre : Drama Romantis


Film Never Let Me Go adalah sebuah film yang mengambil latar waktu masa lalu (yang tak ada - 1952 – alternate history), dimana telah ditemukan terobosan medis untuk memperpanjang umur hidup manusia sampai lebih dari 100 tahun. Film ini diawali oleh Kathy H tua (Carey Mulligan) yang menceritakan masa kecilnya di sekolah asrama Hailsham, disana Kathy memiliki 2 sahabat yaitu Ruth (Keira Knightley) dan Tommy (Andrew Garfield).


Hailsham bukanlah sekolah asrama biasa, Hailsham merupakan salah satu sekolah asrama dimana murid-muridnya merupakan hasil kloning dan mereka dididik dan disiapkan untuk menjadi pendonor bagi kembarannya kapanpun dibutuhkan, inilah terobosan medis yang tadi diceritakan. Diceritakan bahwa antara Kathy, Ruth dan Tommy pada masa kecilnya terlibat cinta segitiga dimana Kathy mencintai Tommy namun ternyata Tommy berpacaran dengan Ruth.


Selepas pendidikan di Hailsham, para pendonor (termasuk Kathy, Ruth dan Tommy) menjalani proses jenjang berikutnya yaitu di Cottages. Disini bersama beberapa pendonor lainnya mereka mulai mengenal dunia luar. Ketika Ruth dan Tommy disibukkan dengan hubungan mereka dan konflik yang terjadi di dalamnya, Kathy yang patah hati memilih untuk menjauh dan mengambil kesempatan untuk bertindak sebagai carer. Carer adalah pendonor yang sebelum waktu mereka tiba (untuk mendonor) melakukan tugas sebagai kurir barang maupun pendonor, mengantarkan mereka dari satu tempat ke tempat lainnya. Dengan keputusannya untuk bertindak sebagai carer, maka Kathypun berpisah dengan Tommy dan Ruth.


10 tahun berlalu, dan kemudian karena sebuah sebab mereka bertiga bisa bertemu kembali. Tentu saja dengan kondisi masing-masing yang jauh berbeda, maka kisah-kisah lama pun kembali dikenang dan luka lama pun dibuka namun dengan psikologis masing-masih pihak yang telah berubah.


Merupakan adaptasi dari novel karangan Kazuo Ishiguro dengan judul yang sama, film ini patut untuk ditonton, meskipun menurut saya akting dari para pemeran di dalamnya kurang maksimal, dan eksplorasi terhadap kisah cinta segitiga mereka yang kurang dalam sehingga kurang memancing penontonnya untuk larut didalamnya namun hal itu diimbangi dengan latar pengambilan gambar yang penuh dengan pemandangan-pemandangan indah yang mengagumkan. Diluar cerita romantisnya, film ini juga berusaha menyentuh rasa kemanusiaan dengan menyuguhkan perjuangan para pendonor atas hidup yang tak pernah benar-benar dimilikinya. Bagaimana detil cerita mereka…dan bagaimana nasib mereka pada akhirnya…tonton sendiri filmnya deh.


Jadi cukup sekian review film Never Let Me Go dari saya, terima kasih telah membaca.


One of worth a watch movies




Ulasan Film : Obsessed 2014



Obsessed


Tahun : 2014
Sutradara : Kim Dae-woo
Produser : Park Dae-hee, Kim Dae-woo
Pemeran : Song Seung-heon, Lim Ji-yeon
Genre : Drama Romantis


Film Osessed adalah sebuah film yang mengambil latar sebuah komplek pemukiman pelatihan militer di akhir masa perang Vietnam tahun 1969. Diceritakan seorang petinggi militer dan seorang pahlawan perang Kolonel Kim Jin-pyeong (Song Seung-heon) merupakan pimpinan di komplek pelatihan militer itu, bersama istrinya Lee Seok-jin (Jo Yeo-jong) keduanya merupakan pasangan yang sangat disegani di antara komunitas sosialnya. Kehidupan rumah tangga Kolonel Kim memang belum lengkap dengan belum hadirnya buah hati di antara mereka, namun hal ini tidak menjadi masalah besar bagi Kolonel Kim maupun istrinya. Meskipun terlihat tanpa masalah, Kolonel Kim memiliki masalah pribadi dimana dia selalu dihantui mimpi-mimpi mengerikan peperangan Vietnam yang dijalaninya, karena itu secara reguler dia menemui dokter dan memintanya secara pribadi untuk merahasiakan hal itu.


Perpindahan tugas atau mutasi adalah hal biasa dalam militer, sebagaimana terjadi dalam film ini Kolonel Kim mendapatkan anak buah yang baru pulang dari Vietnam Kapten Kyung Woo-jin (On Jo-wan). Dalam pertemuan pertamanya Kapten Kyung memuji Kolonel Kim sebagai seseorang yang dianggap legenda di Vietnam, dan berbangga hati karena istrinya Jong Ga-heun (Lim Ji-yeon) memiliki tanggal lahir yang sama dengan Kolonel Kim.


Di rumah, Kolonel Kim mendapatkan cerita dari istrinya bahwa mereka mendapatkan tetangga baru di depan rumah yaitu Kapten Kyung, dan yang membuat istrinya gembira adalah bahwa keluarga Kapten Kyung juga belum memiliki anak sehingga istri Kolonel Kim merasa mendapatkan teman senasib dalam komunitasnya. Kolonel Kim menanggapi semua hal ini secara datar saja, namun hal itu berubah ketika secara tak sengaja dia bertemu dengan Jong ga-heun (istri Kapten Kyung). Ketertarikan antara keduanya mulai muncul dan seakan-akan setiap kejadian menggiring mereka untuk lebih dekat dan akrab.

 
Jika berdasarkan sedikit cerita diatas anda menebak bahwa film ini adalah tentang perselingkuhan antara pria beristri dengan wanita bersuami, anda sama sekali tidak salah. Meskipun didalamnya sutradara seakan berusaha untuk lebih menonjolkannya sebagai cinta sejati diantara mereka.


Dengan label sebagai salah satu erotic movie, film ini menurut saya patut ditonton karena bagus dari segi cerita dan sinematografi, oleh anda-anda yang sudah cukup umur tentunya. Karena meskipun disertai adegan-adegan yang sarat ketelanjangan, namun saya melihatnya hanya sebagai selingan saja, apalagi selain cerita, film ini juga menyajikan soundtrack dan latar pengambilan gambar yang sangat mendukung cerita didalamnya. Bagaimana kisah cinta antara Kolonel Kim dengan Jong Ga-heun serta akhir cinta mereka…tonton sendiri filmnya deh.



Jadi cukup sekian review film Obsessed dari saya, terima kasih telah membaca.

Ulasan Film : 12 Years A Slave 2013



12 Years A Slave


Tahun : 2013
Sutradara : Steve McQueen
Produser : Brad Pitt, Dede Gardner, Jeremy Kleiner, Bill Pohlad, Steve McQueen, Arnon Milchan, Anthony Katagas
Pemeran : Chiwetel Ejiofor, Michael Fassbender, Benedict Cumberbatch, Paul Dano, Paul Giamatti, Lupita Nyong’o, Sarah Paulson, Brad Pitt, Alfre Woodard
Genre : Drama


Berlatar Amerika di tahun 1841, 12 Years A Slave menceritakan tentang kisah Solomon Northup (Chitewel Ejiofor), seorang kulit hitam merdeka yang hidup di Saratoga Springs, New York bersama istrinya Anne dan dua anaknya, Margaret dan Alonzo. Solomon adalah seorang yang merdeka, bahkan memiliki pekerjaan sebagai seorang pemain musik violin dan cukup dikenal serta dihormati di lingkungannya. Namun kehidupannya berubah ketika suatu hari oleh seorang kenalannya, Mr Moon, Solomon dikenalkan kepada Brown dan Hamilton yang diceritakan memiliki sirkus dan sedang mencari orang-orang berbakat untuk dipekerjakan di Washington DC. Akan tetapi ternyata, bukannya mendapatkan pekerjaan, Solomon malah dijebak dan dijual kepada pedagang budak dan diperjual belikan.


Dalam perjalanan hidupnya sebagai budak, Solomon bertemu dengan banyak budak lainnya dan mengalami banyak hal. Dia melihat bagaimana budak perempuan dipisahkan dari anak-anaknya, bagaimana budak perempuan dimanfaatkan sebagai pelampiasan seks tuannya, bagaimana penyiksaan diterima budak karena melawan atau bekerja tidak sesuai tuntutan tuannya, dan juga bagaimana kepercayaannya dikhianati oleh sesama budak. Sesekali diselingi flashback indahnya kehidupan Solomon bersama keluarganya sebagai orang merdeka, yang menambah efek emosional atas kondisi yang sedang dijalaninya sebagai budak.


Film ini merupakan kisah nyata, diangkat dari memoir yang ditulis oleh Solomon Northup sendiri. Menceritakan bagaimana dia menjalani hari-harinya selama 12 tahun menjadi budak di perkebunan kapas, terpisah dari keluarganya, bagaimana dia terus berjuang untuk kembali mendapatkan kemerdekaan yang dirampas darinya agar dia bisa kembali berkumpul bersama keluarganya. Film ini menunjukkan gelapnya perbudakan di Amerika di masa lalu, betapa tidak adilnya dan jahatnya sistem perbudakan, betapa kejahatan menimpa banyak orang dimana Solomon hanyalah salah satu dari sekian banyak korban penculikan (orang merdeka) untuk dijadikan budak.


Film ini menurut saya sangat patut untuk ditonton, penggambaran kekejian sistem perbudakan ditunjukkan dengan jelas, yang mau tidak mau disertai dengan sedikit ketelanjangan, kekerasan fisik, seksual dan juga verbal, bahkan luka menganga akibat cambuk tampak begitu nyata didalamnya. Dengan latar pengambilan gambar di perkebunan kapas bersejarah di Amerika, film ini sangat mendekati kondisi sesungguhnya dari apa yang sesungguhnya terjadi. Disertai akting para pemerannya yang total, film ini menunjukkan borok Amerika di masa lalu. Bagaimana perjuangan Solomon pada akhirnya, mampukah dia kembali kepada keluarganya…anda tonton sendiri filmnya deh.


Jadi cukup sekian review film 12 Years A Slave dari saya, terima kasih telah membaca.


One of very worth a watch movies




Wednesday, 5 August 2015

Ulasan Film : The Iceman 2013



The Iceman


Tahun : 2013
Sutradara : Ariel Vromen
Produser : Ariel Vromen, Ehud Bleiberg, Juan A. Mas,
Pemeran : Michael Shannon, Winona Ryder, Chris Evans, Ray Liotta, James Franco, David Schwimmer
Genre : Biografi, Thriller


Membaca judulnya anda mungkin mengira akan mendapati sebuah film tentang superhero semacam Superman dan kawan-kawannya. Namun sebaliknya, bukannya mendapati kisah pahlawan, dalam film ini anda akan disuguhi dengan kisah hidup seorang penjahat berdarah dingin (menurut saya karena inilah maka judulnya Iceman) bernama Richard Kuklinski (Michael Shannon).


Film diawali dengan mengisahkan kencan pertama Richard dengan Deborah (Winona Ryder) yang di kemudian hari menjadi istrinya. Di kencan pertama itu Richard berbohong kepada Deborah mengenai pekerjaanya dimana dia mengaku bekerja sebagai dubber film kartun (sebenarnya tidak bisa dibilang berbohong juga sih). Pekerjaaan Richard sesungguhnya adalah seorang dubber film porno (disebut juga film kartun di masa tahun 1960an – tuh kan ga bohong), dimana dia bekerja bersama temannya Dino Lapron.


Karena sebuah kesalahan dalam produksi, membuat Richard harus berurusan dengan seorang bos Mafia bernama Roy DeMeo (Ray Liotta), dan melihat potensi seorang Richard ketika dihadapkan dengan todongan pistol, Roy tertarik untuk merekrut Richard menjadi pembunuh bayaran pribadinya. Disitulah hubungan antara Richard dan Ray dimulai, dimana dikemudian hari Ray menguji kelayakan Richard untuk menjadi anak buahnya dengan memintanya membunuh seorang gelandangan di pinggir jalan. Pada dasarnya Richard memanglah seorang pembunuh berdarah dingin, hal ini ditunjukkan di awal film ketika seorang temannya menghina Deborah (yang ketika itu masih calon istrinya), maka saat temannya itu pulang, dengan tenang Richard menyayat lehernya. Karakter Richard yang terganggu secara mental dan dipenuhi kekerasan dipengaruhi pengalaman masa kecilnya dimana dia menjadi korban kekerasan dan kebrutalan ayahnya sendiri.


Banyak pembunuhan dilakukan oleh Richard atas perintah Ray, hingga suatu ketika karena sebuah insiden dia bertemu dengan Robert Pronge (Chris Evan) yang juga seorang pembunuh bayaran freelance. Merekapun berteman dan menjadi sebuah tim pembunuh bayaran profesional.


Sejujurnya, saya merasa garing secara emosional melihat film ini, karena karakter-karakter dalam film ini tidak mengundang simpati maupun rasa benci bagi saya pribadi, meskipun ada satu adegan dimana Richard memilih untuk bersikap manusiawi dalam salah satu tugas membunuhnya. Namun, ada beberapa pelajaran penting yang saya dapat ambil, salah satunya yaitu penyebab seorang Richard menjadi pembunuh bayaran bukanlah murni karena uang dan karakter dirinya semata, namun juga tuntutan ekonomi seorang istri yang ingin hidup mewah dan tidak mau tahu darimana kemewahan itu berasal. Untuk sekedar hiburan ringan film ini bagus untuk ditonton, plotnya sederhana dan mudah dipahami, bahkan menurut saya, konflik antar group mafia didalamnya mestinya bisa lebih digali sehingga cerita lebih menarik. Ingin tahu lengkapnya…tonton sendiri filmnya deh.



Jadi cukup sekian ulasan film The Iceman dari saya, terima kasih telah membaca.

Tuesday, 4 August 2015

Ulasan Film : The Butterfly Effect 2004



The Butterfly Effect


Tahun : 2004
Sutradara : Eric Bress, J. Mackye Gruber
Produser : Anthony Rhulen, Chris Bender, Ashton Kutcher, JC Spink, A.J. Dix
Penulis : Eric Bress, J. Mackye Gruber
Pemeran : Ashton Kutcher, John Patrick Amedori, Amy Smart, Elden Henson, William Lee Scott, Eric Stoltz, Ethan Suplee, Logan Lerman, Melora Walters
Genre : Drama, Thriller


It has been said that something as
 small as the flutter of a butterfly’s
 wing can ultimately cause a typhoon
halfway around the world.
-Chaos Theory


Film The Butterfly Effect dimulai dengan layar berisi kalimat diatas, yang merupakan inti tema dari cerita yang akan ditampilkan. Film ini menceritakan tentang kisah hidup seorang Evan Treborn (Logan Lerman disaat unur 7 tahun dan Ashton Kutcher disaat dewasa) yang ketika masa kecilnya sering pingsan dan lupa akan kejadian sebelum dia pingsan ketika dalam tekanan sebagai akibat trauma psikologis yang dialaminya. Karena khawatir sang ibu Andrea (Melora Walters) memeriksakannya ke psikiater, karena ayah Evan sendiri Jason menderita gangguan mental sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Oleh sang psikiater menyarankan Evan untuk mulai menulis setiap kejadian yang dialaminya sehingga membantu dirinya mengingat kejadian sebelumnya ketika dia mengalami pingsan.


Di masa kecilnya Evan memiliki 3 teman akrab yaitu kakak beradik Tommy dan Kayleigh serta Lenny. Bersama mereka Evan melakukan beberapa kenakalan yang cukup parah dan berakibat buruk bagi Lenny. Evan bersama Kayleigh juga pernah dilecehkan oleh ayah Kayleigh George. Ini semua Evan tulis di buku hariannya. Seiring beranjak dewasa dan mulai kuliah, Evan tidak  lagi mengalami pingsan mendadak dan dia juga tidak lagi menulis buku harian sejak lama. Namun semuanya berubah ketika suatu ketika di asramanya dia menemukan kembali buku hariannya dan membacanya, dia menemukan bahwa dirinya mampu kembali ke masa lalu disaat kejadian yang ditulis terjadi dan merubah apa yang diinginkannya.


Disitulah konflik dan masalah mulai terjadi, setiap hal kecil yang Evan rubah di masa lalu, merubah masa depan secara dramatis, sebagaimana teori yang disampaikan di awal film. Apakah perubahan itu menjadi lebih baik atau lebih buruk… tonton sendiri filmnya deh.


Film ini sangat patut untuk ditonton, menyajikan cerita dan akting dari para pemeran yang bagus. Anda harus sedikit bersabar ketika melihat film ini, karena film ini menyajikan plot yang tidak umum. Kebingungan  mengenai beberapa kejadian di awal film baru mungkin baru akan anda pahami di tengah maupun di akhir film. Well, it’s butterfly effect.


Jadi cukup sekian review film The Butterfly Effect dari saya, terima kasih telah membaca.


One of very worth a watch movies.

Ulasan Film : The Terminal 2004



The Terminal


Tahun : 2004
Sutradara : Steven Spielberg
Produser : Steven Spielberg, Walter F Parkas, Laurie MacDonald
Pemeran : Tom Hanks, Catherine Zeta-Jones, Stanley Tucci, Chi McBride, Diego Luna
Genre : Drama Komedi Romantis


Film The Terminal adalah sebuah film yang mengambil latar Bandara John F Kennedy, dimana seorang Victor Navorsky (Tom Hanks) yang baru datang dari negaranya (Republic of Krakozhia – Fiktif) harus terjebak didalamnya untuk waktu yang cukup lama karena negaranya dalam keadaan dikudeta sehingga visa dan paspornya ditolak dan dianggap tidak memiliki kewarganegaraan. Masalah menjadi semakin rumit karena keterbatasan Victor berbahasa Inggris dan ketiadaan penerjemah sehingga pihak bandara yang dipimpin Frank Dixon (Stanley Tucci) kesulitan memberikan pemahaman mengenai kondisi itu. Karena statusnya , Victor sementara hanya diperbolehkan berkeliaran di International Transit Lounge Bandara JFK, dimana disitu dia baru mengetahui berita tentang negaranya melalui berita yang disiarkan televisi.


Masalah demi masalah mendatangi Victor, ketika dalam kebingungan karena baru mengetahui kondisi negaranya, kupon makan yang diberikan oleh petugas bandara hilang saat dia menolong seorang gadis kecil menutup kopernya (yang sebenarnya dia bukan menolong tapi merusakkan kopernya :D ). Ketika hendak mencari kupon yang hilang, Victor berkenalan dengan Gupta Rajan yang bertugas sebagai cleaning service bandara. Victor yang tanpa kewarganegaraan, tanpa kupon makan dan harus hidup di International Transit Lounge sebuah bandara internasional dalam waktu yang lama memunculkan kisah keseharian yang lucu dan unik. Semisal bagaimana dia harus mandi setiap harinya, dimana dia tidur di malam hari, sedangkan Frank Dixon sendiri sebagai otoritas bandara tidak peduli dan tidak ingin membantu Victor menyelesaikan masalah yang dihadapi.


Seiring waktu karena lamanya Victor harus tinggal di bandara, dan semakin seringnya Victor berinteraksi dengan orang-orang yang bekerja di bandara, maka Victor semakin dikenal dan memiliki banyak teman dan bahkan menjadi pahlawan bagi mereka karena suatu insiden. Cerita cinta dimunculkan ketika Victor bertemu dengan seorang pramugari bernama Amelia Warren (Catherine Zeta-Jones) yang rupanya merupakan selingkuhan seorang pria beristri. Perjuangan cinta pria tanpa kewarganegaraan pun dimulai.


Film ini sangat patut untuk ditonton, Victor diperankan dengan sangat baik oleh Tom Hanks dan mampu membawa emosi penonton larut dalam kisahnya. Penuh dengan kelucuan-kelucuan interaksi antar manusia yang membuat kita tersenyum melihatnya, diselingi pertunjukan kesetiakawanan yang mengharukan, konflik antara pelanggaran aturan dan alasan kemanusiaan. Dan tak lupa cerita cinta antara Victor dan Amelia yang unik dimana pada akhirnya mereka…tonton sendiri filmnya deh.


Jadi cukup sekian review film The Terminal dari saya, terima kasih telah membaca.



One of very worth a watch movies

Monday, 3 August 2015

Ulasan Film : Her 2013



Her


Tahun : 2013
Sutradara : Spike Jonze
Produser : Megan Ellison, Spike Jonze, Vincent Landay
Pemeran : Joaquin Phoenix, Amy Adams, Rooney Mara, Olivia Wilde, Scarlett Johansson
Genre : Drama Romantis


Film Her adalah sebuah film yang mengambil latar Kota Los Angeles di masa depan (tak dijelaskan nih tahun berapanya), dimana seorang Theodore Twombly (Joaquin Phoenix) hidup menyendiri di apartemennya. Theodore bekerja sebagai penulis surat di sebuah perusahaan yang menawarkan jasa penulisan surat pribadi bagi mereka yang tidak ingin/mampu menulis surat pribadinya (surat cinta, ucapan ulang tahun dsb). Theodore adalah seorang yang introvert dan menderita depresi karena kegagalan rumah tangganya bersama Catherine (Rooney Mara). Kehidupan Theodore tidak lebih hanyalah sebuah rutinitas antara apartemennya dengan kantor tempatnya bekerja.


Kehidupan Theodore berubah ketika di suatu sore saat dalam perjalanan pulang melihat kerumunan orang yang tertarik untuk melihat iklan sebuah sistem operasi (Operating System) asisten pribadi dengan suara dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Theodore pun membelinya kemudian mencobanya di rumah, dan dia terkejut dengan betapa cepat OS yang kemudian menyebut dirinya Samantha (Scarlett Johansson) itu belajar tentang banyak hal. Dalam kesendiriannya Theodore merasa dia menemukan teman untuk diskusi dan membicarakan banyak hal dari yang umum hingga yang pribadi.


Sejak memiliki Samantha, Theodore mulai berubah dan menjadi terbuka. Bahkan atas saran Samantha, Theodore bersedia mencoba kencan buta (blind date) yang diatur oleh sahabatnya (pacar semasa kuliah) Amy (Amy Adams). Theodore pun bertemu dengan Amelia (Olivia Wilde) dalam kencan butanya, dan akhirnya keduanya menemukan adanya perbedaan mendasar mengenai komitmen hubungan yang coba dibangun. Kencan pun gagal.


Interaksi antara Theodore dengan Samantha terus berjalan, hingga pada akhirnya Theodore merasa kalau dia mencintai Samantha. Samantha telah merubah hidupnya, dan Samantha pun merasakan perasaan yang sama (keren nih, AI punya perasaan). Disinilah konflik dan emosi dalam film ini mulai muncul, tentu saja banyak hal yang menjadi masalah dalam hubungan antara Theodore dengan Samantha yang merupakan OS. Mulai dari ketiadaan fisik, pandangan masyarakat,dan kemampuan OS untuk belajar banyak hal dalam waktu yang sangat cepat.


Menurut saya pribadi,  untuk ukuran film drama romance, bahkan tanpa visualisasi pemain utama wanita, suara seorang Scarlett Johansson cukup representatif dan membuat film ini mampu mengundang emosi untuk ikut larut dalam ceritanya. Jangan terburu-buru ketika melihat film ini, nikmati saja alurnya, karena di dalamnya banyak flash back yang menceritakan saling melengkapi jalannya cerita. Ditambah lagi nikmati juga alunan soundtrack yang menandai setiap adegan penting didalamnya. Sebuah film dengan tema yang unik menurut saya, dan membuat saya ingin melihat film Spike Jonze yang lain atau film dengan tema yang senada.


Jadi cukup sekian review film Her dari saya, terima kasih telah membaca.


One of very worth a watch movies


Ulasan Film : Serbis 2008




Serbis


Tahun : 2008
Sutradara : Brillante Mendoza
Produser : Ferdinand Lapuz
Penulis : Armando Lao, Boots Agbayani Pastor
Pemeran : Gina Pareño, Jaclyn Jose, Julio Diaz, Kristoffer King, Mercedes Cabral, Coco Martin
Genre : Drama


Serbis adalah bahasa Tagalog yang artinya service dalam bahasa Inggris dan pelayanan dalam bahasa Indonesia. Film serbis ini adalah film Filipina yang menceritakan tentang satu hari dalam kehidupan (sebagian) keluarga Pineda yang penuh dengan masalah. Keluarga Pineda dulunya adalah keluarga kaya yang memiliki sebuah bioskop tua dengan 3 theater, namun seiring perubahan zaman sekarang bioskop itu hanya satu saja yang berfungsi dan memutar film kelas 3. Kehidupan Keluarga Pineda berubah ketika sang kakek yang merupakan suami dari Nanay Flor (Gina Pareño) berulah dengan berselingkuh dan ketahuan sehingga akhirnya keluarga itu terpecah. Nanay Flor berikut putrinya Nayda (Jaclyn Jose), menantunya Lando (Julio Diaz), cucu angkatnya Jewel (Roxanne Jordan, cucunya Jonas (Bobby Jerome Go), dua keponakannya Alan (Coco Martin) dan Ronald (Kristoffer King) memilih pindah dan hidup di bioskop yang mereka miliki. Di bioskop inilah fokus cerita dari film Serbis ini.


Membaca sedikit cerita diatas mungkin anda akan bertanya, kok judulnya service? Apa menceritakan tentang pelayanan sebuah bioskop?. Sama, saya awalnya juga bertanya semacam itu, namun hal ini mulai terjawab di tengah cerita. Film ini selain menunjukkan rumitnya problematika hidup masing-masing tokoh dalam film ini namun juga menunjukkan kehidupan bioskop itu sendiri, bagaimana bioskop itu menjadi tempat berkumpulnya para penjaja seks komersial yaitu para gay dan waria dimana serbis/service adalah kata yang mereka gunakan untuk menawarkan jasanya.


Dua tema itulah yang membentuk film ini, problematika kehidupan keluarga yang terpecah dan bioskop tua yang dijadikan tempat tinggal serta penunjang biaya hidup mereka dan menjadi lahan bisnis bagi para penjaja seks komersial. Persinggungan antara dua kehidupan ini menjadi cerita tersendiri, semisal bagi Jonas yang masih terlalu kecil untuk melihat adegan seks, Jewel yang beranjak remaja dan mempelajari bagaimana bertingkah dari seorang waria dan Alan yang menghamili pacarnya.


Secara keseluruhan menurut saya film ini menarik untuk ditonton, meskipun saya mengalami sedikit kendala dalam memahami dialog meskipun ada subtitlenya, karena bagi saya pribadi memang menarik untuk menyelami kehidupan orang-orang. Tapi dari film ini saya baru tahu kalau ternyata terdapat kemiripan antara bahasa Jawa dengan bahasa Tagalog, jadinya diantara dialog-dialog para tokoh ada kesibukan tambahan mencari kosakata yang mirip arti dan bunyinya dengan bahasa Jawa. Setelah googling…eeeh ternyata benar ada kemiripan…kalau anda  lihat nanti perhatikan kata-kata ini…lima dan ito.





Perlu anda ketahui film ini digolongkan R18, dan memang terdapat adegan-adegan yang menunjukkan ketelanjangan secara eksplisit. Jadi yang cukup umur saja ya yang nonton…hehehe. 


Jadi cukup sekian review film Serbis dari saya, terima kasih telah membaca.

Sunday, 2 August 2015

Ulasan Film : Fading Gigolo 2013



Fading Gigolo


Tahun : 2013
Sutradara : John Torturo
Produser : Bill Block, Paul Hanson, Jeffrey Kusama-Hinte
Penulis : John Torturo
Pemeran : John Torturo, Woody Allen, Sharon Stone, Sofia Vergara, Vanessa Paradis, Live Schreiber
Genre : Drama Komedi


Melihat judulnya, orang (saya salah satunya) mungkin mengira ini adalah bagian dari produk industry porno dunia barat. Kata gigolo memang berkonotasi negatif dan bisa diartikan sebagai pelacur pria (ditambah lagi ada Sharon Stone sebagai salah satu pemerannya coy). Mungkin orang juga mengira film ini kurang lebih mirip dengan Drama Komedi per-gigolo-an sebelumnya seperti “Deuce Bigalow Male Gigolo” yang keluar tahun 1999 akan tetapi ternyata filmnya sangat jauh berbeda bahkan menurut saya film ini malah mirip “Hitch” yang dibintangi Will Smith di tahun 2005 (yang bingung miripnya dimana monggo pegangan sama tiang listrik saja :D ).


Film ini  bercerita tentang Fioravante (John Torturo) yang disarankan (lebih ke dipaksa sih sebenarnya) oleh sahabatnya Murray (Woody Allen) untuk menjalani profesi sebagai gigolo dan Murray sebagai manajernya.  Fioravante yang terpojok karena baru kehilangan pekerjaan dan baru 2 hari bekerja sebagai florist dan hanya memiliki sedikit uang pun akhirnya menyetujuinya. Siapakah konsumen pertamanya???...dialah dr Parker (Sharon Stone) yang masih terlihat sangat seksi di usianya. Selanjutnya…akan lebih baik jika anda melihatnya sendiri, karena menurut saya pribadi, saya lebih suka dikejutkan ketika nonton film, dengan plot cerita yang belum saya ketahui sebelumnya.


Dalam film ini, jika anda berharap untuk melihat adegan telanjang didalamnya maka anda akan kecewa. Memang sih ada satu atau dua adegan bercinta, namun tanpa mengekspose ketelanjangan dan lebih menonjolkan sisi artistik menurut saya. Film ini bukanlah film yang berat meskipun bergenre drama komedi, komedinya pun menurut saya mudah dipahami dan bisa membuat kita tersenyum atau tertawa tanpa harus berpikir keras. Namun anda juga jangan berharap akan plot yang rumit dan emosi yang intens saat melihat film ini, anda akan kecewa karena film ini tidak menawarkan hal itu. Yang membuat saya menyukai film ini adalah bagaimana Murray menggiring Fioravante agar mengikuti kemauannya. Percakapan dan perdebatan lucu antara keduanya mampu membuat saya tersenyum, terutama di adegan pengesahan dan penentuan nama mereka sebagai gigolo dan germo, benar-benar konyol. Juga bagaimana rasa cinta tiba-tiba datang antara  Fioravante dengan salah satu pelanggan (yang tak melakukan seks dengannya), seorang janda Yahudi yang terikat aturan agamanya. Juga bagaimana tingkah laku seorang polisi komunitas yang mencintai seorang janda Yahudi sejak lama, mencemburui Fioravante. Bagaimana endingnya…sekali lagi…lihat sendiri…hehehe...


Jadi cukup sekian review film Fading Gigolo dari saya, terima kasih telah membaca.



One of worth a watch movies